Lanjut ke konten

Pelajar Indonesia Raih Juara Olimpiade Lingkungan Hidup Internasional di Kenya

Mei 4, 2017

Prajamukti Adhidewa Triwinasis (17) dan Muhammad Harizki Aditya (17) mencetak prestasi membanggakan dengan meraih gelar juara dunia di lomba olimpiade sains internasional ‘Golden Climate International Environmental Project Olympiad’ yang digelar pada 4-16 April 2017 di Light Academy International Schooldi Nairobi, Kenya, Afrika Timur.

Lewat hasil temuan karbon aktif berasal dari arang tempurung kelapa sebagai isian kantong masker anti zat berbahaya yang berfungsi untuk melindungi perokok pasif, Siswa Kelas XI SMA Kesatuan Bangsa DI Yogyakarta ini, berhasil meraih medali perak untuk kategori environmental designer di ajang tersebut. Masker berbahan karbon aktif arang tempurung kelapa hasil penelitiannya mereka disebut sebagai ”Passive Smoker Protector” atau PSP.

Ide pembuatan masker inovatif temuan mereka muncul dari keinginan melindungi diri dari asap rokok. Setelah dipelajari mereka mengetahui bahwa zat yang dapat menyerap asap adalah karbon aktif dari bathok atau tempurung kelapa.

Sejak saat itu mereka mantap menciptakan masker pengisap rokok berbahan karbon aktif. Supaya aktif, karbon bathok harus direndam dalam larutan CaCl2 [kalsium klorida] selama 8-24 jam. Lalu cuci dengan air lalu dioven pada suhu 5.000 derajat celcius selama 24 jam. Setelah itu karbon aktif dan dapat menyerap asap karena memiliki luas permukaan pori. Mereka membuat 30 gram karbon aktif untuk dua masker. Biaya produksi masing-masing masker hanya Rp25.000-Rp30.000.

Raja, panggilan untuk Prajamukti, adalah putra bungsu dari tiga bersaudara keluarga Pranoto (pensiunan Kepala Disbudparpora Wonogiri)-Sri Redjeki Utami (Kabag Organisasi Kepegawaian) Pemkab Wonogiri. ”Raja, adalah lulusan dari SMP 1 Wonogiri,” ujar Pranoto.

Kemudian Adit, alias Muhammad Harizki, adalah remaja kelahiran Tenggarong, Kalimantan Timur (Kaltim), adalah putra sulung dari dua bersaudara keluarga Setyo Witarso-Aswidya Iramiyati. ”Saya dulu dari SMP 2 Samarinda,” tutur Adit.

Event final lomba sains tingkat dunia tersebut, diikuti 350 peserta dari 22 negara, dengan menampilkan sebanyak 180 projek temuan baru. Indonesia mengirimkan empat tim yang terdiri atas tujuh siswa. Semuanya, memperoleh medali kejuaraan, yakni satu medali emas, dua medali perak, dan satu medali perunggu.

Medali emas, diraih duet siswa SMP Al Azhar 26, yakni Allodi Fitria Hidayat dan Aurelia Abhista, di kategori junior, melalui temuan kayu lapis dari ampas tebu. Kemudian siswa SMU Kesatuan Bangsa, Savira Pandan Wangi, mendapat medali perak lewat temuan antibakteri dari pelepah pisang Ambon untuk kloning. Duet Raja-Adit, meraih medali perak dari masker PSP berbahan arang tempurung kelapa. Selanjutnya, di kategori lingkungan hidup, sebuah medali perunggu diraih melalui karya temuan batu bata dari limbah styrofoam dan arang.

Raja dan Dubes Soehardjono

Selepas upacara pengalungan medali, tim pelajar Indonesia yang menyabet empat medali di kejuaraan tingkat dunia tersebut, diterima sebagai tamu kehormatan oleh Duta Besar (Dubes) Indonesia di Kenya, Soehardjono Sastromihardjo. ”Bapak Dubes memberikan apresiasi dan merasa bangga atas prestasi pelajar Indonesia di lomba tingkat dunia,” ujar Raja.

Terlebih lagi, perolehan medali tahun 2017 ini, terhitung meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, yang hanya meraih masing-masing satu medali emas dan perunggu.

Sumber: suaramerdeka.com (17/04/17), solopos.com (19/04/17)

Tinggalkan komentar