Lanjut ke konten

Mutiara Nugraheni: Penelitiannya Tentang Khasiat Kentang Kleci Mencegah Kanker Masuk Jurnal Internasional

September 16, 2011

Anda mungkin pernah menjumpai kentang kleci (latin Coleus tuberosus), kentang berkulit hitam sebesar ibu jari yang banyak ditemui di pasar-pasar tradisional.

Umbi kecil ini biasanya dikukus untuk dikonsumsi atau terkadang dicampur dalam sayuran. Rasa kentang hitam ini seperti juga kentang-kentang lainnya. Namun, tahukah Anda kandungan yang ada di dalamnya?

Kentang kleci ternyata selain sebagai sumber karbohidrat, juga mengandung senyawa-senyawa antioksidan dan antiproliferasi (antiperbanyakan sel kanker) golongan triterpenic acid.  Hal inilah yang membuat Mutiara Nugraheni, mahasiswa S-3 Program Studi Ilmu Pangan Fakultas Teknologi Pertanian UGM, tertarik untuk melakukan serangkaian penelitian terkait dengan senyawa fungsional kentang hitam.

Dari penelitiannya, ia berhasil menemukan senyawa triterpenic acid yang dominan dalam kentang hitam berupa ursolic acid (UA) dan oleanolic acid (OA). Dari penelitian tersebut, diketahui bahwa kandungan senyawa-senyawa di bagian kulit lebih tinggi (sekitar 4 kali) dibandingkan dengan bagian daging umbi.

“Senyawa-senyawa tersebut dan ekstrak umbi kentang hitam setelah diuji aktivitas antioksidannya menggunakan metode FTC dan TBA ternyata positif menunjukkan aktivitas yang tinggi,” ujar Prof. Dr. Ir. Umar Santoso, M.Sc.

Mutiara melakukan uji aktivitas antiproliferasi terhadap ekstrak umbi kentang hitam (bagian kulit dan daging) dengan menggunakan sel-sel kanker payudara MCF-7 (Michigan Cancer Foundation-7) dan memakai metode MTT Assay.

Secara singkat, sel-sel kanker ditempatkan dalam sumuran-sumuran pada plat kemudian diberikan perlakuan dengan ekstrak umbi kentang hitam berbagai konsentrasi. Setelah diinkubasi selama 72 jam dan diberi tambahan reagen MTT, dengan pengukuran tingkat viabilitas sel menggunakan ELISA Reader, hasil penelitian menunjukkan baik ursolic acid, oleanolic acid, maupun ekstrak umbi secara signifikan menghambat proliferasi sel-sel kanker.

“Dan ternyata aktivitas antiproliferasi ekstrak bagian kulit lebih tinggi daripada bagian daging. Hal ini karena kandungan ursolic acid dan oleanolic acid yang lebih tinggi di bagian kulit,” jelas Umar Santoso.

Untuk mengetahui mekanisme antiproliferasinya, Mutiara melakukan pengamatan mikroskopik setelah memberikan pewarnaan (staining) menggunakan acridine orange/ethidium bromide. Cara ini memberi bukti bahwa sel-sel kanker yang diberi perlakuan ekstrak umbi kentang mengalami apoptosis, yaitu terjadi kerusakan morfologi, fragmentasi DNA, dan kematian sel-sel kanker tersebut.

Tim penguji menilai hasil penelitian Mutiara Nugraheni menjadi temuan menarik karena membuktikan secara ilmiah bahwa umbi yang selama ini praktis tak dikenal ternyata mengandung komponen-komponen fungsional berkhasiat kesehatan. Dengan disertasinya, Mutiara Nugraheni, yang dosen UNY, telah dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude.

Temuan ini pun telah dipublikasikan di tiga jurnal tingkat internasional, yaitu International Food Research Journal, African Journal of Food Science, dan Journal of Medicinal Plants Research.

Sumber: Humas UGM (ugm.ac.id)

One Comment leave one →
  1. lilid permalink
    April 18, 2012 11:35 am

    dosen pembimbing saya..
    udah baik,sabar,cerdas pula..
    SALUT saya..

Tinggalkan komentar