Sinta Ridwan: Gadis Lupus yang Bercita-cita Bangun Museum Digital Naskah Kuno Indonesia
Jika Anda pertama kali melihatnya, mungkin tak akan menyangka, jika gadis berusia 26 tahun ini adalah penyandang lupus, penyakit yang hingga kini belum ada obatnya, karena penampilannya selalu percaya diri dan penuh senyum.
Sinta Ridwan yang baru menamatkan kuliah S2 di jurusan Filiologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung ini menganggap obat yang paling mujarab dari segala penyakit adalah rasa bahagia.
“ Jadi kalau kita sakit, jangan dirasakan kalau kita sakit, tetapi kita harus berpikir sesuatu yang menyenangkan dan terus tersenyum walaupun kita sedang sakit,” ucap Sinta.
Pengalaman Sinta dengan penyakit lupus yang telah dideritanya sejak tahun 2005 lalu dia catatkan dalam sebuah buku otobiografi berbentuk novel berjudul “Berteman Dengan Kematian”. Dalam buku itu Sinta menceritakan tentang perjuangan dirinya untuk berjuang melawan lupus yang bersemayam di dalam tubuhnya.
Untuk mengisi hari-harinya wanita yang hobi membuat puisi ini berusaha untuk memberikan manfaat bagi orang sekitarnya. Salah satu upaya Sinta untuk memberikan arti hidupnya bagi orang lain dan bangsa ini adalah dengan cara mengajarkan naskah kuno sesuai dengan latar belakangnya sebagai seorang Fiolog.
Dengan ilmu itu Sinta membuka kelas aksara kuno di Gedung Indonesia Menggugat, di Jalan Perintis kemerdekaan Bandung. Kelas aksara kuno atau yang disingkat kelas Aksakun ini pertama kali dibentuk pada tahun 2009 atas dasar gagasan dari seniman-seniman beraliran metal yang beralamat di Ujung Berung, Bandung.
Dari dorongan para seniman yang biasa memainkan musik cadas itulah kelas aksakun berdiri dengan jumlah murid sebanyak 35 orang. Pengikut aksakun mengalami pasang surut. Tercatat dari awal beridiri hingga sekarang orang-orang yang pernah naskah kuno oleh Sinta sekitar 200 orang.
Murid yang mengikuti kelas aksakun terdiri dari pelajar, mahasiswa, hingga masyarakat umum. Sinta mengaku tujuan dibentuknya kelas aksakun ini adalah untuk menjaga dan melestarikan naskah-naskah kuno yang merupakan warisan masa lalu.
“Tidak ada masa kini tanpa adanya masa lalu, dan itu semua tertuang di dalam naskah kuno,” ungkapnya. Sinta membebaskan teman-temanya yang mengikuti pelajaran naskah kuno itu untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat sesuai dengan keinginannya masing-masing.
Banyak dari murid Sinta yang membuat tulisan kuno untuk dijadikan desain kaos dan poster. Selain itu, ada juga murid yang membuat lirik lagu yang mengadaptasi dari naskah-naskah kuno.
Menurut Sinta, di dalam naskah kuno itu terdapat berbagai macam kandungan di antaranya gaya hidup, kesehatan, tuntutan manusia agar dapat menghargai alam, dan sastra orang-orang masa lalu.
Kecintaan Sinta terhadap naskah kuno mengalahkan rasa sakit akibat lupus. Sinta mengaku jika sedang tidak enak badan tidak menyurutkan dia untuk absen tidak mengajar kelas aksara kuno, “Karena dengan mengajar saya menjadi bahagia dan itu bisa mengalihkan rasa sakit saya,” akunya.
Selain itu Sinta di tengah keterbatasan fisiknya akibat lupus itu bercita-cita ingin membangun sebuah museum digital yang akan diberi nama ensiklopedia naskah kuno. Tujuan dari pembuatan museum digital itu adalah untuk memudahkan orang-orang agar dapat mengakses naskah kuno dengan mudah.
Sinta beranggapan selama ini orang-orang jarang mempelajari ataupun membaca naskah-naskah kuno itu karena sulitnya mengakses catatan-catatan orang-orang dari masa lalu yang tersebebar di seluruh penjuru nusantara.
Dengan hadirnya museum digital itu akan memudahkan orang-orang untuk mempelajari sejarahnya langsung dari sumber sejarah tanpa harus bersusah payah pergi ke museum.
Sumber: kickandy.com/hope
“Jadi kalau kita sakit, jangan dirasakan kalau kita sakit, tetapi kita harus berpikir sesuatu yang menyenangkan dan terus tersenyum walaupun kita sedang sakit,”
Nice speech…Semoga semangat Sinta Ridwan menjadi inspirasi kita bersama.
Semangat hidup yang patut kita acungin jempol. Semoga sukses untuk Kak Sinta Ridwan dlm cita2 membuat museumnya.
Semangat terus kaka Sinta Ridwan 😀 semoga selalu dalam lindunganNya. Amien
Aku dah baca novel kakak, novel itu aku dapetin dari dokter aku….bagus banget sangat menginspirasi sekali, dan ternyata perjalanan hidup kita mirip. Aku juga Odapus, asal aku juga dari Cirebon, kalau kakak ada waktu kapan2 kita ketemu ya….sangat ingin skali sharing langsung dengan kakak…hehe…makasih ka,..salam kenal, salam sehat semangat dari Dian 😀
Terinspirasi
“Jodoh yang paling dekat adalah kematian” that’s right!
Sangat terinspirasi akan cerita ini. setiap manusiapun akan mati tapi bagaimana cara kita menghargai hiduplah jalan awal agar tak menyia-nyiakan sisa hidup kita.
semangat trus buat kak sinta lawanlah seluruh penyakit itu sebisa mu, Allah SWT selalu didekat orang yang sabar. 🙂
Sinta Ridwan… Bagaimana cara saya untuk menemui kak Sinta? Membaca novel “Berteman dengan kematian” sangat menginspirasi sekali. Saya ingin mohon izin untuk mengkaji lebih dalam novelnya untuk skripsi saya.
Saya sangat termotivasi sama novel ini.
Ceritanya membuat saya jadi banyak belajar tentang arti hidup yang tak mudah menyerah 😀
Untuk pembuatan naskah kuno dalam bentuk digital, di Indonesia sudah dimulai di Aceh, Jakarta, Yogyakarta, Solo bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional dan Leipzig University, jerman
link http://javams.dl.uni-leipzig.de/content/below/index.xml?lang=id
semoga informasi ini bisa sedikit membantu
ka sinta, saya jg mempunyai sebuah keinginan dimana saya bisa menuliskan sejarah kehidupan saya seperti ka sinta, berkenankah ka sinta untuk membantu.. 🙂
Mba?
bagaimana saya bisa tau karya mba slanjutnya…
saya ingin berhub langsung sama mba, melalui handphone..
please mba…
boleh yaa…
Saya berdoa untuk dia semoga, terwujud harapanya…
“museumnya’ siiiiiippp dah…
sunguh q termottifasi dengan nofelnya kini q lebih menghargai hidup
luar biasa… manusia luar biasa, ternyata hidup ini terlalu mahal untuk diratapi dengan kesedihan…
untuk kak sinta, ” setiap manusia memiliki keberuntungannya masing – masing… TERSENYUMLAH ” 🙂
Salam kenal…
winda lestari , Palembang…
mba sinta ridwan..you are an extra ordinary person..
aku udah baca novel karya mba dan itu benar2 sebuah perjuangan yang sangat hebat..kisah mba waktu masih remaja sama seperti saya..hampir sama wataknya pula..
dengan membaca novel yang mba sinta buat, saya terenyuh mbaa..
hebaaat..hebaaatttt….!!
Sinta Ridwan luar biasa,dia adalah salah satu permata di bumi pertiwi. Andaikan Angelina sondakh mengenalnya, mungkin dia tidak jadi koruptor sperti sekarang. Andaikan guru2 dan murid2 serta mahasiswa di sekolah atau di univ yang suka tawuran mengenalnya, mungkin tidak akan terjadi tawuran dan pembunuhan2 siswa/mahasiswa. Karena Sinta menunjukkan ke kita betapa berartinya hidup, walau segalau apapun, hidup harus diisi dengan sebaik-baiknya. Sinta tidak bersikap pahit terhadap hidup yang sulit yang dijalaninya namun sebaliknya dia menjalaninya dengan penuh optimisme namun pasrah. Bravo Sinta!
you are our inspirator ^_^
semangatttttt,,,,,,,,
Aku sudah baca novel kaka,,
aku dapatin dari gramedia di flores dengan harga 94ribu,,,
aku tertarik sekali saat aku mmbaca sinoptisnya,,
jadi aku korbankan uang jajn,,untuk membli itu novel,,
aku terharu setiap membaca per kalimat,,,
ayo semangat kaka
Terima kasih yaaaaa 🙂
makasih ya,menginspirasi banget 🙂
hidup itu indah
…thk, kak atas inspirasie dan perjuangan hdupnya
tetap jadie inspirasie anak bangsa