Lanjut ke konten

Sinta Ridwan: Gadis Lupus yang Bercita-cita Bangun Museum Digital Naskah Kuno Indonesia

Oktober 21, 2011

Jika Anda pertama kali melihatnya, mungkin tak akan menyangka, jika gadis berusia 26 tahun ini adalah penyandang lupus, penyakit yang hingga kini belum ada obatnya, karena penampilannya selalu percaya diri dan penuh senyum.

Sinta Ridwan yang baru menamatkan kuliah S2 di jurusan Filiologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung ini menganggap obat yang paling mujarab dari segala penyakit adalah rasa bahagia.

“ Jadi kalau kita sakit, jangan dirasakan kalau kita sakit, tetapi kita harus berpikir sesuatu yang menyenangkan dan terus tersenyum walaupun kita sedang sakit,” ucap Sinta.

sinta ridwan di indonesiaproud.wordpress.comPengalaman Sinta dengan penyakit lupus yang telah dideritanya sejak tahun 2005 lalu dia catatkan dalam sebuah buku otobiografi berbentuk novel berjudul “Berteman Dengan Kematian”. Dalam buku itu Sinta menceritakan tentang perjuangan dirinya untuk berjuang  melawan lupus yang bersemayam di dalam  tubuhnya.

Untuk mengisi hari-harinya wanita yang hobi membuat puisi ini berusaha  untuk memberikan manfaat bagi orang sekitarnya. Salah satu upaya Sinta untuk  memberikan arti hidupnya bagi orang lain dan bangsa ini adalah dengan cara mengajarkan naskah kuno sesuai dengan latar belakangnya sebagai seorang Fiolog.

Dengan ilmu itu Sinta membuka kelas aksara kuno di Gedung Indonesia Menggugat, di Jalan Perintis  kemerdekaan Bandung. Kelas aksara kuno atau yang disingkat kelas Aksakun ini  pertama kali dibentuk pada tahun 2009 atas dasar gagasan dari seniman-seniman beraliran metal yang beralamat di Ujung Berung, Bandung.

Dari dorongan para seniman yang biasa memainkan musik cadas itulah kelas aksakun berdiri dengan jumlah murid sebanyak 35 orang. Pengikut aksakun mengalami pasang surut. Tercatat dari awal beridiri hingga sekarang orang-orang yang pernah naskah kuno oleh Sinta sekitar 200 orang.

Murid yang mengikuti kelas aksakun terdiri dari pelajar, mahasiswa, hingga masyarakat umum. Sinta mengaku tujuan dibentuknya kelas  aksakun ini adalah untuk menjaga dan melestarikan naskah-naskah kuno yang merupakan warisan masa lalu.

“Tidak ada masa kini tanpa adanya masa lalu, dan itu semua  tertuang di dalam naskah kuno,” ungkapnya. Sinta membebaskan teman-temanya yang mengikuti pelajaran naskah kuno itu untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat sesuai dengan keinginannya masing-masing.

Banyak dari murid Sinta yang membuat tulisan kuno untuk dijadikan desain  kaos dan poster. Selain itu, ada juga murid yang membuat lirik lagu yang mengadaptasi dari naskah-naskah kuno.

Menurut Sinta, di dalam naskah kuno itu terdapat berbagai macam kandungan di antaranya gaya hidup, kesehatan, tuntutan manusia agar dapat menghargai alam, dan sastra orang-orang masa lalu.

Kecintaan Sinta terhadap naskah kuno mengalahkan rasa sakit akibat lupus. Sinta mengaku jika sedang tidak enak badan tidak  menyurutkan dia untuk absen tidak mengajar kelas aksara kuno, “Karena dengan  mengajar saya menjadi bahagia dan itu bisa mengalihkan rasa sakit saya,” akunya.

Selain itu Sinta di tengah keterbatasan fisiknya akibat lupus itu bercita-cita ingin membangun sebuah museum digital yang akan diberi nama ensiklopedia naskah kuno. Tujuan dari pembuatan museum digital itu adalah untuk memudahkan orang-orang agar dapat mengakses naskah kuno dengan mudah.

Sinta beranggapan selama ini orang-orang jarang mempelajari ataupun membaca naskah-naskah kuno itu karena sulitnya mengakses catatan-catatan orang-orang dari masa lalu yang tersebebar di seluruh penjuru nusantara.

Dengan hadirnya museum digital itu akan memudahkan orang-orang untuk mempelajari sejarahnya langsung dari sumber sejarah tanpa harus bersusah payah pergi ke museum.

Sumber: kickandy.com/hope

24 Komentar leave one →
  1. Oktober 23, 2011 11:35 am

    “Jadi kalau kita sakit, jangan dirasakan kalau kita sakit, tetapi kita harus berpikir sesuatu yang menyenangkan dan terus tersenyum walaupun kita sedang sakit,”

    Nice speech…Semoga semangat Sinta Ridwan menjadi inspirasi kita bersama.

  2. erni permalink
    November 4, 2011 11:35 am

    Semangat hidup yang patut kita acungin jempol. Semoga sukses untuk Kak Sinta Ridwan dlm cita2 membuat museumnya.

  3. Nita Lisnawati permalink
    November 27, 2011 11:35 am

    Semangat terus kaka Sinta Ridwan 😀 semoga selalu dalam lindunganNya. Amien

  4. dian sari permalink
    Desember 2, 2011 11:35 pm

    Aku dah baca novel kakak, novel itu aku dapetin dari dokter aku….bagus banget sangat menginspirasi sekali, dan ternyata perjalanan hidup kita mirip. Aku juga Odapus, asal aku juga dari Cirebon, kalau kakak ada waktu kapan2 kita ketemu ya….sangat ingin skali sharing langsung dengan kakak…hehe…makasih ka,..salam kenal, salam sehat semangat dari Dian 😀

  5. Desember 20, 2011 11:35 pm

    Terinspirasi

  6. dian trisashanty permalink
    Desember 23, 2011 11:35 pm

    “Jodoh yang paling dekat adalah kematian” that’s right!
    Sangat terinspirasi akan cerita ini. setiap manusiapun akan mati tapi bagaimana cara kita menghargai hiduplah jalan awal agar tak menyia-nyiakan sisa hidup kita.
    semangat trus buat kak sinta lawanlah seluruh penyakit itu sebisa mu, Allah SWT selalu didekat orang yang sabar. 🙂

  7. dian nofita sari permalink
    Januari 30, 2012 11:35 am

    Sinta Ridwan… Bagaimana cara saya untuk menemui kak Sinta? Membaca novel “Berteman dengan kematian” sangat menginspirasi sekali. Saya ingin mohon izin untuk mengkaji lebih dalam novelnya untuk skripsi saya.

  8. desi permalink
    Januari 30, 2012 11:35 pm

    Saya sangat termotivasi sama novel ini.
    Ceritanya membuat saya jadi banyak belajar tentang arti hidup yang tak mudah menyerah 😀

  9. Februari 7, 2012 11:35 am

    Untuk pembuatan naskah kuno dalam bentuk digital, di Indonesia sudah dimulai di Aceh, Jakarta, Yogyakarta, Solo bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional dan Leipzig University, jerman

    link http://javams.dl.uni-leipzig.de/content/below/index.xml?lang=id

    semoga informasi ini bisa sedikit membantu

  10. annisa permalink
    Februari 29, 2012 11:35 am

    ka sinta, saya jg mempunyai sebuah keinginan dimana saya bisa menuliskan sejarah kehidupan saya seperti ka sinta, berkenankah ka sinta untuk membantu.. 🙂

  11. Maret 7, 2012 11:35 am

    Mba?
    bagaimana saya bisa tau karya mba slanjutnya…
    saya ingin berhub langsung sama mba, melalui handphone..
    please mba…
    boleh yaa…

  12. benny permalink
    Maret 10, 2012 11:35 pm

    Saya berdoa untuk dia semoga, terwujud harapanya…

  13. akhsim permalink
    Maret 11, 2012 11:35 am

    “museumnya’ siiiiiippp dah…

  14. ana permalink
    Maret 14, 2012 11:35 am

    sunguh q termottifasi dengan nofelnya kini q lebih menghargai hidup

  15. winda lestari permalink
    Agustus 10, 2012 11:35 am

    luar biasa… manusia luar biasa, ternyata hidup ini terlalu mahal untuk diratapi dengan kesedihan…
    untuk kak sinta, ” setiap manusia memiliki keberuntungannya masing – masing… TERSENYUMLAH ” 🙂
    Salam kenal…
    winda lestari , Palembang…

  16. Neneng Hardiyanthi permalink
    Oktober 8, 2012 11:35 am

    mba sinta ridwan..you are an extra ordinary person..
    aku udah baca novel karya mba dan itu benar2 sebuah perjuangan yang sangat hebat..kisah mba waktu masih remaja sama seperti saya..hampir sama wataknya pula..
    dengan membaca novel yang mba sinta buat, saya terenyuh mbaa..
    hebaaat..hebaaatttt….!!

  17. morris permalink
    Oktober 21, 2012 11:35 am

    Sinta Ridwan luar biasa,dia adalah salah satu permata di bumi pertiwi. Andaikan Angelina sondakh mengenalnya, mungkin dia tidak jadi koruptor sperti sekarang. Andaikan guru2 dan murid2 serta mahasiswa di sekolah atau di univ yang suka tawuran mengenalnya, mungkin tidak akan terjadi tawuran dan pembunuhan2 siswa/mahasiswa. Karena Sinta menunjukkan ke kita betapa berartinya hidup, walau segalau apapun, hidup harus diisi dengan sebaik-baiknya. Sinta tidak bersikap pahit terhadap hidup yang sulit yang dijalaninya namun sebaliknya dia menjalaninya dengan penuh optimisme namun pasrah. Bravo Sinta!

  18. September 3, 2013 11:35 am

    you are our inspirator ^_^

  19. ryand permalink
    Oktober 14, 2013 11:35 pm

    semangatttttt,,,,,,,,

  20. ryand permalink
    Oktober 14, 2013 11:35 pm

    Aku sudah baca novel kaka,,
    aku dapatin dari gramedia di flores dengan harga 94ribu,,,
    aku tertarik sekali saat aku mmbaca sinoptisnya,,
    jadi aku korbankan uang jajn,,untuk membli itu novel,,

    aku terharu setiap membaca per kalimat,,,

    ayo semangat kaka

  21. Desember 1, 2013 11:35 pm

    Terima kasih yaaaaa 🙂

  22. ega permalink
    Februari 3, 2014 11:35 am

    makasih ya,menginspirasi banget 🙂

  23. dony permalink
    November 2, 2015 11:35 pm

    hidup itu indah
    …thk, kak atas inspirasie dan perjuangan hdupnya
    tetap jadie inspirasie anak bangsa

Trackbacks

  1. Bahasa Daerah Yang Terancam Punah | Gian Fitria

Tinggalkan komentar