Lanjut ke konten

Suryatin Setiawan: Pembuat Beoscope, YouTube Khas Indonesia

Mei 4, 2010

Ketika masih aktif berkarier sebagai profesional, Suryatin Setiawan kala itu cukup identik dengan TI dan inovasinya PT Telkom. Maklum, bertahun-tahun ia mengepalai Divisi RisTI Telkom. Namun, begitu pensiun dari BUMN telekomunikasi ini–dengan jabatan terakhir Direktur Bisnis Jasa PT Telkom–tahun 2005, namanya seolah menghilang dari orbit bisnis.

Rupanya, Suryatin hanya pensiun sebagai profesional. Ia pernah menekuni bisnis energi alternatif. Mantan petinggi TI Telkom ini juga mengembangkan Talent Source, semacam lembaga pelatihan dan sertifikasi tenaga TI.

Berkembangnya pengguna internet di Indonesia membuatnya tertarik membuat portal file sharing khusus video dengan nama Beoscope (www.beoscope.com). Secara umum, Beoscope ini mirip dengan YouTube, tetapi boleh dibilang kategori kontennya lebih jelas. Misalnya, ada kanal i-Music, yang menampilkan video segala jenis musik di Indonesia, mulai dari musik tradisional, dangdut, campur sari sampai musik dari indie band.

Ada juga i-Movies untuk menampung komunitas yang menekuni pembuatan film pendek kreatif, tetapi tidak masuk ke major label (alias indie movies). Bagi mereka yang baru jalan-jalan dari luar negeri dan ingin berbagi video perjalanannya disediakan kanal Beos Oleh-oleh.

Situs ini pun bebas konten pornografi dan berbau SARA karena ada aplikasi Watch Dog yang terus memantau 24 jam dan akan segera menghapus fail video tersebut. “Format apa pun bisa, tidak perlu menggunakan kamera canggih dan mahal,” ungkap Suryatin bersemangat. “Semua orang bisa show off.”

Purnawan Kristanto adalah salah seorang penggemar berat Beoscope. Sejak November 2007 ia mengirimkan video klip buatannya. Jumlah video yang sudah diunggahnya lebih dari 570 klip, yang mencakup beragam kegiatan.

“Di Beoscope, kontennya khas Indonesia. Klip yang dimuat, sebagian besar hasil karya orang Indonesia. Bila dibandingkan dengan YouTube, fitur yang ada di Beoscope memang masih kalah. Namun kekuatan Beoscope adalah sisi lokalitasnya,” papar Purnawan mengungkap kecintaannya pada situs ini.

Dengan slogan The Display of Indonesia, Beoscope tampaknya memang ingin menampilkan segala macam konten berbau Indonesia. “Ini bedanya dari YouTube, kami sangat spesifik. Kami ingin menjadi displai segala sesuatu tentang Indonesia, mulai dari wisata, sejarah, hingga kuliner,” tutur Suryatin. Itulah yang membuat Suryatin yakin akan potensi bisnisnya.

Menurutnya, YouTube terlalu global, sehingga pemasang iklan atau sponsor enggan hadir. Sementara portal yang dikelolanya lebih spesifik untuk orang Indonesia. Diklaim Suryatin, saat ini sudah lebih dari 18 ribu orang yang terdaftar sebagai anggota di situsnya, dengan jumlah pengunjung rata-rata 9 ribu per hari.

Sejauh ini, Beoscope telah mampu menarik beberapa perusahaan untuk pasang iklan. Selain itu, hampir semua operator telekomunikasi pernah mensponsori ajang kompetisi yang diadakan Beoscope, seperti kompetisi Video Battle of Song, video klip band Indie, dan kompetisi video animasi Animafest.

Jika dibanding televisi, portal ini termasuk murah buat dijadikan tempat beriklan. Satu space banner video utama tarifnya Rp 1 juta per minggu. Video iklan dengan space yang lebih pendek harganya bisa setengahnya.

Sekarang Beoscope sedang menjajaki masuk ke layanan video streaming bekerja sama dengan beberapa stasiun TV untuk menampilkan tayangan TV terbaru hingga yang terdahulu agar tidak dijadikan arsip semata. Tayangan-tayangan itu jika ingin ditonton dikenai tarif. Nah, untuk membayarnya menggunakan sistem micropayment.

“Nantinya kami akan menggabungkan konsep YouTube dan Facebook ke dalam Beoscope, agar lebih interaktif,” kata pria kelahiran Semarang tahun 1954 ini.

Suryatin mengaku, untuk membuat portal Beoscope dibutuhkan investasi yang lumayan besar, mencapai Rp 1,7 miliar, terutama digunakan buat keperluan infrastruktur, server dan storage. Timnya sendiri relatif tidak besar, hanya terdiri dari 10 orang.

Gagasan Suryatin mengembangkan Beoscope, diacungi jempol oleh Yoris Sebastian, konsultan pemasaran dari OMG Creative Consulting. Menurutnya, Beoscope punya peluang cukup besar untuk sukses seperti YouTube. Syaratnya, Beoscope harus rajin mengunggah materi-materi yang sedang hangat di Tanah Air.

“Jadi, Beoscope perlu giat menjalin kerja sama dengan pihak lain, seperti acara Kick Andy yang saat ini masih mengunggah tayangannya di YouTube,” ungkapnya. “Pendeknya, Beoscope punya peluang besar kalau dieksekusi dengan baik,” kata Yoris yakin.

Sumber: SWAsembada

No comments yet

Tinggalkan komentar