Lanjut ke konten

Agus Pramono: Teknologi Militer Temuannya Akan Diuji Coba NATO & Rusia

Maret 28, 2017

Agus Pramono, Dosen Teknik Metalurgi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Serang, kandidat Ph.D dari Institute Mechanical Engineering Tallinn University of Technology, berhasil menemukan teknologi milter termutakhir melalui sebuah riset di laboratoriumnya di Estonia.

Teknologi militer termutakhir temuan dosen yang dikenal hobi bermain musik ini disebut teknologi Repetitive Press-Roll Forming (RPRF). Teknologi ini tengah menjadi topik hangat di kalangan akademisi di kawasan Rusia dan Eropa. Bahkan, teknologi ini akan diujicobakan Rusia dan NATO bersama dengan temuan negara-negara lain, seperti Jerman, Inggris, dan Cina.

“Sebenarnya proyek ini proyek rahasia. Menurut informasi dari ketua tim proyek kami yang bekerja pada Perusahaan perangkat kemiliteran Lyulka SATURN di Moscow, Rusia pada pertengahan tahun 2017 metode ini akan diuji coba oleh Rusia dan NATO,” kata Agus Pramono.

Teknologi RPRF yang ditemukan 2015 oleh Agus merupakan temuan untuk menjawab tuntutan peralatan militer yang ringan untuk efisiensi proses serta memiliki machinery lifetime system, sesuai standarisasi peralatan militer dunia tercanggih, MIL-HDBK 13C5G/217-F.

RPRF merupakan hasil pengembangan sejumlah temuan sebelumnya, di antaranya hasil temuan perusahaan Eropa seperti Metallicum yang telah mengkhususkan diri dalam logam berstruktur nano.

Material ini teridentifikasi lebih dari 100 pasar khusus untuk nano metals dalam bidang aerospace, transportasi, peralatan medis, pengolahan produk olahraga, makanan dan bahan kimia serta bahan bahan piranti elektronik.

Sebelumnya juga ada teknologi yang mampu menghasilkan perlengkapan militer dengan material berkekuatan tinggi bernama Simple Shear Extrusion (SSE) yang ditemukan Niema Pardis pada 2012. Eksperimennya dilanjutkan Amirkhanlouf, mahasiswa doktoral dari Institute of Materials and Manufacturing Brunel University London. Hasil eksperimen lanjutannya dikenal Accumulative Press Bonding (APB).

“Dalam perkembangan lain, ilmuwan Jepang Nubohiro Tsuji juga mengembangkan teknologi baru yaitu Accumulative Roll Bonding (ARB), aplikasi dari teknologi ini lebih mengarah pada spare part body tank, pesawat tempur maupun kendaraan lapis baja kekuatan tinggi,” ungkapnya.

Jika teknologi RPRF merupakan pengembangan teknologi-teknologi sebelumnya, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya peralatan militer yang dibuat dengan teknologi ini.

“Eksperimen ini dilakukan dalam kurun waktu tiga setengah tahun. Semua eksperimen telah dilakukan di laboratorium tempat saya menuntut ilmu (Estonia),” terangnya.

Agus menjelaskan, beberapa uji coba telah dilakukan mulai dari uji coba menggunakan beberapa jenis material yang berbeda. Pada percobaan terakhir eksperimen RPRF mampu menghasilkan produk logam dan komposit yang memiliki kekuatan tinggi dengan bahan yang ringan.

“Sifat ringan dan kekuatan tinggi tersebut memenuhi kriteria dari pengembangan teknologi produk komposit untuk aplikasi perangkat kemiliteran yang saat ini sedang dikembangkan oleh Rusia dan NATO,” ungkapnya.

Hasil dari Rancangan alat RPRF ini telah dipresentasikan di beberapa kegiatan Persatuan Pelajar Indonesia di Eropa dan Russia, diantaranya di Helsinki pada 24 Januari 2015 dalam Forum Berbagi Ilmu yang ditayangkan secara on-line oleh PPI Finlandia, Simposium PPI Kawasan Amerika dan Eropa di Moscow, Rusia.

Menurut Agus, pada pertemuan dengan Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Prof. Muh Nasir di KBRI Finlandia April 2016, ia sempat menyampaikan hasil risetnya untuk aplikasi alutsista di Indonesia.

Dia berharap Indonesia juga menerapkan metode RPRF untuk perangkat kemiliteran pada proses fabrikasi dan manufaktur, karena saat ini Indonesia perlu menetapkan standarisasi dan spesifikasi perangkat kemiliteran yang sesuai dengan sektor pertahanan darat, laut dan udara.

Menurutnya hasil rekomendasi yang pernah dituangkan dalam kesepakatan pelajar-pelajar Amerika-Eropa yang berupa manivesto moskow, dalam penelusuran literaturnya teknologi Advenced Manufacture Forming akan diterapkan oleh Russia dan Negara-negara anggota NATO pada perangkat ALUTSISTA yang mulai diproduksi pada tahun 2020.

“Saya berharap Indonesia bisa menjadi negara pertama yang akan menerapkan teknologi advanced manufacture forming ini,” ungkao Agus.

Sumber: tangeranghits.com (07/12/16), ppidunia.org (12/06/16)

No comments yet

Tinggalkan komentar